ANALISIS EKONOMI PANCASILA DAN EKONOMI LIBERAL
1. Tabel analisis filsafat ilmu tentang Ekonomi Pancasila dan Ekonomi Liberal:
Aspek | Ekonomi Pancasila | Ekonomi Liberal |
Ontologi | ►Merupakan sistem ekonomi campuran Sistem ekonomi pasar dengan pengendalian pemerintah “ekonomi pasar terkendali”. ►Sistem ekonomi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai Pancasila. Ekonomi Pancasila merupakan kombinasi tiga ideologi, yaitu Nasionalisme, Sosialisme dan Demokrasi, tetapi kesemuanya didasarkan pada Humanisme dan kepercayaan Monoteisme. ►Ekonomi Pancasila berasaskan kekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama, yang merupakan nilai-nilai tradisional yang bersumber pada budaya Indonesia. Asas kekeluargaan ini berdasarkan kepada solidaritas mekanis, telah ditransformasikan menjadi solidaritas fungsional, dengan nilai-nilai individualita dalam lembaga koperasi. | ►Sistem ekonomi Pasar, Kapitalis. Memakai sistem persaingan bebas (free fight liberalisme) ►Aset-aset produktif dan faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta dengan memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. ►Tujuan utamanya mencari keuntungan Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar- besarnya dan bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas. |
Epistemologi | ►Berdasarkan UUD 1945, termasuk Pancasila, khususnya berpedoman pada pasal 33. Koperasi sebagai Sokoguru perekonomian Indonesia. ►Disebut sebagai “ekonomi rakyat” yang bersifat moralistik, demokratik dan mandiri. ►Manusia dalam Ekonomi Pancasila, lebih merupakan homo-socius dan homo-ethicus atau homo-religious ►Dalam praktek, dapat dijumpai pada ekonomi pedesaan, ekonomi rakyat, ekonomi koperasi, ekonomi daerah atau mungkin juga ekonomi keluarga (family business). | ►Ciri-ciri dari sistem ekonomi liberal kapitalis antara lain : a. Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi. b. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi. c.Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh). d.Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan. e.Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar. f. Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonom. g. Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi. |
Aksiologi | ►Tujuan Ekonomi Pancasila adalah keadilan sosial atau masyarakat yang adil dan makmur, merata berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ► Ekonomi Pancasila bertujuan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan ketimpangan, kesenjangan, ekspoitasi dan ketargantungan, melalui partisipasi rakyat dalam kegiatan ekonomi sehingga tercapai suatu kondisi masyarakat yang berkeadilan atau masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. | a. Positif/kelebihan : 1) Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi. 2) Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian. 3) Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat. 4) Kualitas barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat antar masyarakat. 5) Efisiensi dan efektifitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan. b. Negatif/kekurangan: 1) Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat. Menghalalkan segala cara 2) Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. 3) Banyak terjadinya monopoli masyarakat. 4) Mudah terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu. 5) Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena persaingan bebas tersebut. |
2. Ada orang sakit pergi berobat secara tradisional, ternyata penyakitnya berangsur-angsur sembuh. Namun oleh kalangan medis, metode pengobatan tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisislah hal tersebut dengan pendekatan filsafat ilmu (ontologi, epistemologi, dan aksiologi)!
Jawaban:
Suatu perbuatan atau tindakan ada yang memerlukan dukungan dari orang lain (masyarakat/pengikut-pengikutnya) ada pula yang tidak memerlukan dukungan dari orang lain. Seperti Ilmu pengetahuan, untuk mempertahankan eksistensi keilmiahannya memerlukan dukungan dari orang lain agar tetap langgeng dan tidak tumbang oleh ilmu yang baru (teori baru). Sebaliknya sikap yang diambil oleh orang yang sakit pergi berobat secara tradisional adalah tindakan yang tidak memerlukan rujukan atau dukungan orang lain, karena lebih bersifat privasi.
Pada saat seperti ini orang yang sakit hanya akan berpikir bagaimana ia bisa sembuh dan tidak berpikir apakah cara yang didapatkannya ilmiah atau tidak ilmiah. Contoh lain, dari sebuah pernyataan pertama: “ tidur saya sangat nyenyak” merupakan pernyataan yang tidak memerlukan pembenaran dan dukungan, karena bersifat pribadi. Pernyataan kedua yang hampir senada: “ tidur yang nyenyak akan sangat diperlukan bagi kesehatan” ini adalah pernyataan yang memerlukan dukungan dari orang lain dan memerlukan kajian ilmiah untuk menguji kebenarannya (diverifikasi). Sikap orang yang sakit diatas termasuk dalam pernyataan yang pertama.
a. Pendekatan Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, ontos (yang sedang berada) dan logos (ilmu). Dalam hal ini, ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu ada. Ontologi Merupakan asas dalam menetapkan batas/ruang lingkup ujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal ) serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari obyek ontologis atau obyek formal tersebut. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum.
Orang sakit pergi berobat secara tradisional, oleh kalangan medis metode pengobatan tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena tidak rasional – empiris. Langkah yang diambil oleh orang yang sakit hanya berpedoman pada asas manfaat , tidak berpikir apakah ilmiah atau tidak, yang penting sembuh. Kebenaran yang dianutnya saat sakit adalah kebenaran Pragmatis.
Dalam sains masalah yang dibuat haruslah rasional, pernyataan atau hipotesis harus berdasarkan rasio. Orang yang sakit juga berpedoman pada rasio, tetapi rasio pribadi, karena didasari pada berbagai pertimbangan dan keyakinan. Selain rasional sains juga harus empiris. Hipotesis yang dibuat diuji (kebenarannya) mengikuti prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis ini digunakan metode eksperimen. Pengujian ini akan memakan waktu yang cukup lama, dalam hal ini orang yang sakit tidak akan mengambil resiko.
b. Pendekatan Epistemologi
Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan. (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan.
Orang sakit pergi berobat secara tradisional juga menggunakan batas, sumber serta kebenaran, tetapi lebih bersifat individu, karena penyakit yang dideritanya juga bersifat individu, bukan kelompok. Mengenai cara yang digunakan dalam proses penyembuhan walaupun tidak ilmiah tetapi cara tersebut sudah melalui perenungan yang juga merupakan asas dari sains. Cara ini juga sudah turun menurun dan sudah ada yang membuktikan sebelumnya, hanya saja tidak dibukukan secara ilmiah. Secara tidak langsung berarti telah dilakukan eksperimen berkali-kali.
c. Pendekatan Aksiologi
Merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi menjawab pertanyaan-pertanyaan: untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?
Kesembuhan adalah yang utama bagi orang sakit. Secara aksiologi, apapun cara yang digunakan dalam pengobatan tradisional yang terpenting adalah sembuh dan sehat kembali. Walaupun caranya ilmiah menurut ilmu kedokteran tetapi kalau tidak sembuh maka tidak akan berguna bagi orang sakit, karena ilmu kedokteran sendiri masih ada resiko kegagalannya. Tujuan orang berobat adalah sembuh bukan untuk memikirkan cara, karena akan lebih berguna kesembuhan dari pada bagaimana cara sembuh.
3. Ilmu agama secara ilmiah menggunakan proses logico hypothetico verifikatif . Bagaimana komentar Anda terhadap hal ini? Jelaskan!
Jawaban:
Cara kerja dalam memperoleh teori tadi adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah adalah : logico – hypotheticom – verificatif (buktikan bahwa itu logis – tarik hipotesis – ajukan bukti empiris).
a. Logico (Logis)
Kerangka pemikiran logis adalah argumentasi yang bersifat rasioanal dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan bagi umatnya hal ini sangat rasioanal, karena semua kebenaran dan kebaikan akan mendatangkan nikmat, sebaliknya agama tidak mengajarkan keburukan dan kejahatan karena akan mendatangkan petaka. Semua yang diajarkan agama adalah logis, beberapa contoh yang diajarkan oleh agama dan logis antara lain: Tolong menolong, hormat menghormati, kerja sama, menuntut ilmu , teori berdagang, teori uang, cara makan dan minum, cara berpakaian, cara beribadah, cara berperilaku yang baik, menjaga lingkungan, hubungan suami istri, mendidik anak, larangan berjudi dan lain sebagainya.
Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja mencari hubungan sebab akibat, atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Agama mengajarkan tolong menolong, karena akan berakibat kesejahteraan bagi umat, sebaliknya agama melarang perjudian karena akan mengakibatkan kriminalitas bagi masyarakat. Menurut agama akhir yang baik disebabkan oleh awal yang baik dan akhir yang jelek disebabkan oleh awal yang jelek pula. Ilmu pengetahuan maupun agama sama-sama mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
b. Hypotheticom (Hipotesis)
Hipotesis belum diuji kebenarannya. Kebenarannya barulah dugaan. Tetapi hipotesis itu telah mencukupi syarat dari segi kerasionalannya. Kata “rasional” di sini menunjukkan
adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat. Hipotesis yang diuji (kebenarannya) mengikuti prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hipotesis ini digunakan metode eksperimen. Setelah terbukti (sebaiknya eksperimen dilakukan berkali-kali), maka hipotesis yang dibuat tadi berubah menjadi teori. Teori seperti ini disebut sebagai teori ilmiah (scientific theory)
Pada agama, yang harus kita lakukan adalah beriman, baru berpikir. Kita boleh memertanyakan kebenaran agama, setelah menerima dan memercayainya. Objek agama dalam banyak hal hampir sama dengan filsafat, hanya lebih sempit dan lebih praktis. Seperti filsafat, agama juga membahas Tuhan, manusia, dan alam. Agama juga menyoal metafisika, namun jawabannya sudah jelas: hakikat segala sesuatu adalah Tuhan. Selain Tuhan, objek pokok dari agama adalah etika khususnya yang bersifat praktis sehari-hari. Pengetahuan agama berasal dari wahyu Tuhan yang diberikan kepada Nabi, dan kita memerolehnya dengan jalan percaya bahwa Nabi benar.
c. Verifikatif
Melakukan verifikasi terhadap hipotesis bertujuan untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual. Agama sangat verikatif. Fungsi utama agama adalah sebagai sumber nilai (moral) untuk dijadikan pegangan dalam hidup budaya manusia. Agama juga memberikan orientasi atau arah dari tindakan manusia. Orientasi itu memberikan makna dan menjauhkan manusia dari kehidupan yang sia-sia. Nilai, orientasi, dan makna itu terutama bersumber dari kepercayaan akan adanya Tuhan dan kehidupan setelah mati.
Setiap mahluk hidup akan mati dan ini sudah diselidiki kebenarannya oleh ilmu pengetahuan. Dibidang pendidikan agama mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, apabila diverifikasi dengan ilmu pengetahuan maka dalam ilmu ekonomi disebutkan bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan. Agama menyebutkan bahwa orang yang berilmu akan dinaikkan derajatnya.
Agama melarang meminum alkohol, setelah diselidiki memakai ilmu pengetahuan ternyata alkohol akan mengakibatkan memburuknya kesehatan badan, cara berpikir yang tidak logis dan kesadaran yang menyimpang pada manusia. Masih banyak lagi kebenaran menurut agama yang dapat diverifikasi oleh ilmu pengetahuan seperti: Sunat bagi laki-laki, berwudlu, mandi, menghargai waktu dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar